Kamis, 21 Maret 2013

Rumah Sakit Rawan Infeksi Penyakit Diare & Pernapasan


Rumah sakit (RS) tidak hanya menjadi tempat untuk berobat, namun bisa menjadi sarang pengembangbiakan penyakit dan rawan infeksi. Salah satunya, infeksi nosokomial yang dinilai sangat berbahaya untuk tubuh.
Infeksi ini dapat meng­aki­bat­kan penyakit diare, infeksi sa­luran pernapasan akut (ISPA) dan kulit. Menurut Ketua Kom­par­te­men Umum dan Humas Per­him­punan Rumah Sakit Se­luruh In­donesia (PERSI) Robert Imam Sutedja, RS bisa menjadi tempat berkembang biaknya ku­­man dan rawan terjadinya pe­nularan in­feksi.
“Infeksi ini bisa terjadi dari pe­nularan pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung atau ke­luar­ga atau dari petugas ke pa­sien. Transfer mikroba ini ju­ga bisa dari petugas saat me­lak­sa­nakan tindakan atau pera­wat­an pasien. Infeksi nosokomial pa­ling banyak tejadi,” kata Robert pada acara ‘Simposium Ilmiah Tek­no­logi Mutakhir se­bagai Per­lin­du­ngan dari Kuman di Jakarta, Kamis (10/1).
Penyebaran virus dan kuman juga terjadi melalui alat-alat me­dis serta fasilitas atau per­alatan di RS.
Menurut data Ba­dan Kese­hatan Dunia (World Health Or­ga­ni­zation/WHO), in­feksi noso­ko­mial merupakan pe­nyebab utama tingginya angka kesakit­an dan kematian di dunia.
Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di du­nia. Di Indonesia, dalam ­di 11 RS di Jakarta tahun 2004 me­nunjukkan, 9,8 persen pasien ra­wat inap men­dapat in­feksi no­sokomial.
“Penyebaran infeksi noso­ko­mial ini mendapat perhatian khu­­sus, karena bisa menyebab­kan penyakit diare, gangguan saluran pernapasan dan kulit,” warning Robert.
Saat ini, penyakit diare me­nem­pati posisi teratas untuk se­puluh penyakit terbanyak pa­sien rawat inap di RS. Se­dang­kan untuk pasien rawat jalan, pe­nyakit infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit kulit dan diare masuk empat besar se­bagai 10 penyakit terbesar.
Ketua Himpunan Perawat Pe­ngen­dalian Infeksi Indonesia Costy Pandjaitan menambah­kan, tingginya angka penderita in­feksi nosokomial tidak bisa di­deteksi.
“Biasanya infeksi ini paling banyak terjadi pada bekas luka operasi, seperti bekas operasi sa­luran kemih, radang paru-pa­ru yang tertular dari alat bantu per­napasan dan infeksi aliran darah primer, yang masuk ke tu­buh me­lalui infus,” jelas Costy.
Dalam sebuah studi, kamar pa­sien di RS merupakan ka­wasan perkembangbiakan bak­teri yang menyebabkan infeksi aehingga dibutuhkan penga­wa­san yang lebih terjaga.
“Pasien rumah sakit punya peluang 1 banding 20 untuk ter­kena infeksi dan bagi mereka yang terkena, 1 banding 20 ber­peluang menghadapi kematian akibat infeksi tersebut,” tandas­ Costy.
Rajin Cuci Tangan Dengan Sabun Bisa Terhindar Kuman & Virus
Untuk menangkal infeksi akut dari RS, menurut Ke­tua Kom­partemen Umum Hu­mas Per­himpunan Rumah Sakit Se­luruh Indonesia (PERSI) Robert Imam Sutedja adalah de­ngan rajin membersihkan tangan agar tidak terkena infeksi no­so­ko­mial. Cuci tangan dapat dila­ku­kan dengan dua cara.
Pertama, mencuci tangan de­ngan menggunakan sabun. Cuci tangan pakai sabun secara ter­atur merupakan pertahanan awal un­tuk mencegah penye­baran dan perkembangan ku­man yang me­nye­babkan berba­gai macam pe­nyakit.
Cuci tangan menggunakan sa­bun, menurut Robert, tak hanya di­­lakukan oleh pengunjung RS mau­pun pasien, tetapi juga wa­jib di­lakukan petugas medis.
“Cuci tangan pakai sabun ha­rus dilakukan petugas medis di lima kegiatan, yaitu sebelum menemui pasien, setelah mene­mui pasien, sebelum melakukan tindakan medis, setelah menyen­tuh sekitar lokasi perawatan pa­sien dan se­telah member­sihkan peralatan medis,” ucapnya.
Kedua, lanjut dia, sesering mungkin menggunakan hand saniitizer yang dapat membantu menghilangkan kuman di tangan. “Selain cuci tangan, kita harus sering menggunakan hand sani­ti­zer agar tidak terkena infeksi nosokomial,” sarannya.
Unilever Chief Research & Development Office, Genevieve Berger mengatakan, dari survei yang dilakukan mengenai kese­ha­tan dan kuman terhadap ibu yang memiliki anak usia di atas 4 tahun menunjukkan, 92 per­sen ibu menyadari kuman ber­evo­lusi, dan anak-anak rentan terke­na berbagai macam penya­kit akibat kuman.
Namun, para ibu kerap tidak menyadari bagaimana kuman dengan cepat bisa menyebar dan menyebabkan penyakit. Selain itu, 84 persen ibu percaya dapat melakukan suatu tindakan pre­ven­tif untuk menjaga anak-anak­nya dari kuman penyebab pe­nyakit.
“Namun, hanya 1 persen yang percaya bahwa cuci tangan dapat mencegah anak dari penyakit,” ungkap Berger dalam ‘Simpo­sium Ilmiah Teknologi Mutakhir sebagai Perlindungan dari Ku­man’ di Jakarta Kamis (10/1).
Ketua Himpunan Perawat Pe­ngen­dalian Infeksi Indonesia, Costy Pandjaitan menyatakan, tangan merupakan pintu utama masuknya segala penyakit.
“Men­­­jaga kebersihan tangan menjadi salah satu pertahanan awal untuk menjaga kesehatan, karena berbagai kuman penyakit dapat ditularkan melalui ta­ngan,” tambah Costy.
Menurut dia, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), ta­ngan mengandung bakteri se­ba­nyak 39.000 hingga 460.000 unit pembentuk koloni (colony for­ming unit/CFU) per cm kubik, yang berpotensi ting­gi menye­babkan penyakit in­feksi menular.
“Maka perlu adanya edukasi dan sosialisasi mengenai men­jaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun berguna se­kali untuk mencegah penye­ba­ran kuman dan infeksi no­soko­mial,” jelas Costy. [Harian Rakyat Merdeka]