Infeksi ini dapat mengakibatkan penyakit diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan kulit. Menurut Ketua Kompartemen Umum dan Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Robert Imam Sutedja, RS bisa menjadi tempat berkembang biaknya kuman dan rawan terjadinya penularan infeksi.
“Infeksi ini bisa terjadi dari penularan pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga atau dari petugas ke pasien. Transfer mikroba ini juga bisa dari petugas saat melaksanakan tindakan atau perawatan pasien. Infeksi nosokomial paling banyak tejadi,” kata Robert pada acara ‘Simposium Ilmiah Teknologi Mutakhir sebagai Perlindungan dari Kuman di Jakarta, Kamis (10/1).
Penyebaran virus dan kuman juga terjadi melalui alat-alat medis serta fasilitas atau peralatan di RS.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), infeksi nosokomial merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di dunia. Di Indonesia, dalam di 11 RS di Jakarta tahun 2004 menunjukkan, 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial.
“Penyebaran infeksi nosokomial ini mendapat perhatian khusus, karena bisa menyebabkan penyakit diare, gangguan saluran pernapasan dan kulit,” warning Robert.
Saat ini, penyakit diare menempati posisi teratas untuk sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat inap di RS. Sedangkan untuk pasien rawat jalan, penyakit infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit kulit dan diare masuk empat besar sebagai 10 penyakit terbesar.
Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia Costy Pandjaitan menambahkan, tingginya angka penderita infeksi nosokomial tidak bisa dideteksi.
“Biasanya infeksi ini paling banyak terjadi pada bekas luka operasi, seperti bekas operasi saluran kemih, radang paru-paru yang tertular dari alat bantu pernapasan dan infeksi aliran darah primer, yang masuk ke tubuh melalui infus,” jelas Costy.
Dalam sebuah studi, kamar pasien di RS merupakan kawasan perkembangbiakan bakteri yang menyebabkan infeksi aehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih terjaga.
“Pasien rumah sakit punya peluang 1 banding 20 untuk terkena infeksi dan bagi mereka yang terkena, 1 banding 20 berpeluang menghadapi kematian akibat infeksi tersebut,” tandas Costy.
Rajin Cuci Tangan Dengan Sabun Bisa Terhindar Kuman & Virus
Untuk menangkal infeksi akut dari RS, menurut Ketua Kompartemen Umum Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Robert Imam Sutedja adalah dengan rajin membersihkan tangan agar tidak terkena infeksi nosokomial. Cuci tangan dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Cuci tangan pakai sabun secara teratur merupakan pertahanan awal untuk mencegah penyebaran dan perkembangan kuman yang menyebabkan berbagai macam penyakit.
Cuci tangan menggunakan sabun, menurut Robert, tak hanya dilakukan oleh pengunjung RS maupun pasien, tetapi juga wajib dilakukan petugas medis.
“Cuci tangan pakai sabun harus dilakukan petugas medis di lima kegiatan, yaitu sebelum menemui pasien, setelah menemui pasien, sebelum melakukan tindakan medis, setelah menyentuh sekitar lokasi perawatan pasien dan setelah membersihkan peralatan medis,” ucapnya.
Kedua, lanjut dia, sesering mungkin menggunakan hand saniitizer yang dapat membantu menghilangkan kuman di tangan. “Selain cuci tangan, kita harus sering menggunakan hand sanitizer agar tidak terkena infeksi nosokomial,” sarannya.
Unilever Chief Research & Development Office, Genevieve Berger mengatakan, dari survei yang dilakukan mengenai kesehatan dan kuman terhadap ibu yang memiliki anak usia di atas 4 tahun menunjukkan, 92 persen ibu menyadari kuman berevolusi, dan anak-anak rentan terkena berbagai macam penyakit akibat kuman.
Namun, para ibu kerap tidak menyadari bagaimana kuman dengan cepat bisa menyebar dan menyebabkan penyakit. Selain itu, 84 persen ibu percaya dapat melakukan suatu tindakan preventif untuk menjaga anak-anaknya dari kuman penyebab penyakit.
“Namun, hanya 1 persen yang percaya bahwa cuci tangan dapat mencegah anak dari penyakit,” ungkap Berger dalam ‘Simposium Ilmiah Teknologi Mutakhir sebagai Perlindungan dari Kuman’ di Jakarta Kamis (10/1).
Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia, Costy Pandjaitan menyatakan, tangan merupakan pintu utama masuknya segala penyakit.
“Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu pertahanan awal untuk menjaga kesehatan, karena berbagai kuman penyakit dapat ditularkan melalui tangan,” tambah Costy.
Menurut dia, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000 hingga 460.000 unit pembentuk koloni (colony forming unit/CFU) per cm kubik, yang berpotensi tinggi menyebabkan penyakit infeksi menular.
“Maka perlu adanya edukasi dan sosialisasi mengenai menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun berguna sekali untuk mencegah penyebaran kuman dan infeksi nosokomial,” jelas Costy. [Harian Rakyat Merdeka]